Gastrectomy

Setelah menjalani operasi pengangkatan tumor di perut dan lambung tanggal 17 Mei 2010, saya (dalam kondisi yang masih belum sadar) ditempatkan di ruang ICU selama 1 hari 1 malam. Keesokan paginya, setelah mulai siuman, isteri saya (yang terus menunggu di RS) menjenguk ke dalam ruang ICU. Saat itu sedang ada dokter bedah digestif di ruang ICU, langsung saja isteri saya bertanya mengenai proses operasi yang telah dilakukan.  Saya yang sudah siuman tapi masih belum bisa melakukan apa2 kecuali berbaring, sayup2 mendengar kata2 dokter “…lambungnya tinggal 1/4…”.

Setelah saya masuk ruang rawat (keluar ICU), dan sudah ada perkembangan membaik, saya mulai mencari2 informasi mengenai penyakit saya, termasuk operasi yang telah dilakukan.  Untungnya di RS PI ada jaringan WiFi yang memungkinkan kita surfing internet (walaupun sinyalnya tidak stabil). 

Saya akhirnya mengetahui bahwa operasi pengangkatan lambung (parsial maupun seluruhnya) disebut Gastrectomy.

Gastrectomy biasanya dilakukan untuk penanganan kanker dan adanya perforasi (kebocoran) pada dinding lambung.

Sejarah gastrectomy dimulai oleh Theodor Billroth di tahun 1881 untuk penanganan kanker lambung.  Rupanya hebat juga ya para ahli bedah pendahulu, tahun 1800-an sudah bisa sukses melakukan pengangkatan lambung.  Walaupun demikian, kalau melihat gambar proses operasi di jaman itu tampaknya cukup membuat hati berdebar2 bila dibandingkan dengan operasi jaman sekarang :

Atas kepeloporannya dalam bedah digestif tersebut, sekarang dikenal prosedur Billroth I yaitu menempelkan kembali bagian lambung yang tersisa dengan usus 12 jari, pada bagian sebelum saluran empedu dan pankreas. Ini dilakukan jika terdapat cukup banyak bagian atas usus 12 jari yang tersisa.

Jika lambung tidak dapat ditempelkan ke usus 12 jari, dilakukan prosedur Billroths II, dimana bagian usus 12 jari yang tersisa ditutup, kemudian lambung yang tersisa ditempelkan ke usus halus.

Karena bagian bawah lambung (pylorus) sudah diambil, padahal pylorus digunakan untuk “menggiling” makanan dan secara perlahan melepaskan makanan ke usus, hal ini dapat mengakibatkan makanan bergerak ke usus lebih cepat dari biasanya atau makanan masuk usus sebelum dicerna (dikenal dengan gastric dumping syndrome).

Dampak dari pengangkatan sebagian lambung adalah berkurangnya ruangan pencernaan makanan. Karena hanya sebagian kecil makanan yang boleh masuk ke usus halus setiap saatnya, pasien harus makan dalam jumlah kecil secara teratur untuk mencegah terjadinya gastric dumping syndrome.

“Early” dumping, akan segera terasa setelah makan, kepala menjadi pusing, perasaan mual mau muntah, perut terasa penuh, kram perut, diare dan kelelahan. “Late” dumping, terjadi 1 sampai 3 jam setelah makan, badan akan terasa lemah, keringat keluar banyak dan kepala serasa melayang. 

Saya pernah merasakan keduanya pada saat awal belajar makan pasca operasi. Rasanya sangat tidak nyaman… Bahkan, saking parah sakitnya sampai dibawa kembali ke rumah sakit untuk diberi obat anti rasa sakit dan dirawat selama 3 hari… Lambat laun saya mulai bisa mengatur pola makan, walaupun kadang2 masih belum merasa nyaman. Saya sekarang ini menyiasatinya dengan makan dalam porsi kecil (1-2 sendok nasi setiap makan dan lauk secukupnya – misal 1 potong tahun/tempe), yang tentunya bisa mengurangi jumlah asupan gizi. Untungnya dokter sudah memberi resep asupan gizi melalui Peptamen (lihat posting sebelumnya).

Dampak utama lainnya adalah hilangnya parietal cell yang berfungsi mengeluarkan zat (gastric intrinsic factor) untuk proses penyerapan vitamin B12.  Hal ini dapat mengakibatkan kekurangan darah (pernicious anemia).  Gejala yang dialami oleh pasien antara lain adalah :

  1. Merasa letih, tekanan darah menjadi rendah atau tinggi, nafas menjadi pendek.
  2. Kesulitan konsentrasi, menjadi lamban (karena pengaruhnya pada otak).
  3. Sering diare.
  4. Ujung2 jari seperti ba’al atau seperti ditusuk2 jarum.
  5. Kulit menjadi kuning karena bilirubin yang meningkat.
  6. Lidah membengkak.
  7. Kemampuan mengingat yang berkurang.

Dengan adanya dampak2 gastrectomy yang membuat tidak nyaman tersebut, kadang2 terbesit dalam pikiran saya bagaimana nantinya kalau saya menjalani kehidupan normal, bekerja, bermasyarakat, dll. tentunya harus mencari kiat2 dan disiplin serta berani (soalnya pasti jadi aneh menurut pandangan orang awam/normal) dalam menerapkan gaya hidup baru… tapi saya yakin pasti Yang Maha Kuasa akan memberikan jalan keluarnya…

Referensi : wikipedia.org, gistsupport.org, webmd.com

18 thoughts on “Gastrectomy

  1. Ina

    Anto, maaf baru tau penyakit yang kamu derita. Semoga Allah SWT memberi kekuatan dan kesabaran kepada Anto dan keluarga … semoga dapat menyesuaikan diri dengan pola hidup baru, sukses dan bahagia selalu.

    Blog ini bagus dan bermanfaat sekali, terima kasih atas sharing dan upaya Anto untuk menuliskan hal2 yang bermanfaat bagi teman2 yg punya masalah yang sama, semoga mendapat balasan kebaikan yang berlipat ganda dari Sang Pencipta.

    Salam Ina

    Reply
    1. antopurwanto Post author

      Mbak Yuli, pertanyaannya tidak mudah untuk dijawab, karena saya bukan dokter ataupun tenaga medis… saya sarankan untuk pertama2 meng-klik link berikut : Gastric dumping syndrome

      kalau masih perlu pendalaman, saya sarankan untuk berdiskusi dengan tenaga medis…

      semoga berhasil, good luck.

      Reply
  2. ELLY

    Papa saya didiagnosa kanker lambung dan sepertinya sebentar lagi akan menjalani gastrektomi. Mohon doa-nya semoga semua berjalan dgn lancar. Terima kasih…

    Reply
      1. Elly

        Papa saya sudah dioperasi 2 hari yang lalu. Total gastrectomy… Sekarang masih terbaring lemah kesakitan, belum boleh makan selama 3-4 hari… Saya was2 bagaimana beliau bisa menjalani hari2 tanpa lambung. Apakah itu sangat2 berat ??? Mohon dukungannya…

        Reply
        1. antopurwanto Post author

          Setelah operasi saya pernah bertanya kepada salah satu dokter bedah saya, bagaimana dengan kualitas hidup orang yang dipotong lambungnya (gastrectomy). Menurut beliau sudah ada kasus dimana pasiennya diambil seluruh lambungnya dan hidup seperti biasa, melakukan aktivitas normal. Saya sendiri mendapat cerita dari ibu mertua bahwa ada salah satu temannya yang diangkat seluruh lambungnya, dia bisa hidup normal, tetapi memang ada keterbatasan, sudah tidak bisa makan sembarangan baik jenis, frekwensi maupun kuantitasnya. Sebagai informasi, saya pernah posting artikel terkait (silahkan diklik).

          Pengalaman saya, awalnya memang tidak mudah, tetapi dengan berjalannya waktu semua menjadi terbiasa… Pola makan harus dibantu dengan asupan pendukung guna menjaga nutrisi. Saya mendapat minuman pengganti makanan (Peptamen) yang bisa diserap usus tanpa dicerna terlebih dahulu. Biasanya saya minum di antara dua waktu makan. Sebelum mendapat asupan pengganti makanan tersebut badan saya kurus sekali, sekarang sudah mulai terlihat lumayan 🙂

          Saya pernah juga memposting artikel terkait asupan pengganti makanan tersebut (silahkan diklik salah satunya) :
          1. Pencernaan saya pasca operasi
          2. Peptamen

          Mudah2an beliau bisa menjalaninya dengan baik, tentunya dengan dukungan dari keluarga terdekat.

          Salam

          Reply
  3. ChrisLiebert

    Postingan yang sangat membantu pak.. Ayah saya baru mengalami operasi seperti itu.. Lambung ny di angkat sekitar 40%.. Sekarang sudah boleh makan bubur, tetapi masih belum terbiasa dengan efek early dumping dan late dumping yang seperti bapak tulis.. Kalo bapak tidak keberatan, saya boleh minta kiat2 nya untuk masalah yang 1 ini.. Terima kasih banyak pak Anto..

    Reply
    1. antopurwanto Post author

      Mohon maklum saya baru menjawab, karena ada tugas ke luar kota selama 2 minggu…

      Untuk early dumping dan late dumping, bisa disiasati dengan pola makan yang “sedikit2 porsinya dan frekwensinya lebih sering”. Selain itu, makanan padat dikurangi. Oleh dokter saya diberi supplement penambah gizi, namanya Peptamen (ada merk lain juga). Bentuknya seperti susu namun tidak perlu dicerna, bisa cepat diserap usus.

      Saya konsumsi seperti itu cukup lama. Konsumsi Peptamen saya hentikan kalau tidak salah setahun setelah operasi. Sementara itu, saya baru bisa makan nasi dan lauk pauk (bukan bubur) beberapa bulan setelah operasi (kl. 3 bulan). Jumlahnya pun tidak bisa banyak hanya beberapa sendok saja. Beberapa bulan kemudian, porsi makanan bisa ditambah secara bertahap sampai akhirnya bisa makan 1/2 piring. Setelah lebih dari 1 tahun, sudah bisa makan 3/4 piring 🙂 Untuk menjaga kandungan gizinya, selain Peptamen, makanan juga perlu yang bergizi tinggi dan lengkap jenisnya (Karbohidrat, Protein, Mineral, Vitamin, Serat, Lemak) untuk mempercepat pemulihan. Saya sempat konsultasi dengan dokter gizi untuk mendapatkan informasi tersebut (dokter bedah juga meminta saya konsultasi dengan dokter gizi).

      Reply
  4. erna

    Ass.wr.wb..pak anto saya mau tanya..ibu saya didiagnose terkena kanker lambung, sudah dilakukan operasi total gastrectomi tgl 29 oktober 2015..berarti sudah sekitar 1/2 bulan yang lalu..yg jadi problem..sampai sekarang kok masih nyeri perut ya pak..kadang perut rasanya panas melilit..bab cenderung spt bubur..dulu pak anto mengalami nyeri perut sampai berapa lama pak? Kira2 sampai berapa lama nyerinya hilanh ya pak..soalnya ini tiap hari diberi obat nyeri lewat dubur…saya sampai gag tega kalau lihat ibi saya kesakitan…berat badannya turun..terima kasih pak anto

    Reply
    1. antopurwanto Post author

      Wa alaikum salam wr.wb.

      Mohon maaf telat responnya, maklum kegiatan kantor di akhir tahun banyak laporan yang harus diselesaikan.

      Dulu saya juga merasakan sakit dan nyeri yang sangat selama beberapa hari. Hal itu terjadi karena perut belum siap melakukan proses pencernaan. Oleh karena itu awal2nya saya hanya minum saja, kalaupun makan hanya yang cair kemudian bertahap bubur saring. Bahkan untuk mengganti makanan saya diberi dokter Peptamen yaitu sejenis susu berprotein tinggi (diminum). Setelah sd kurang lebih 3 bulan kalau tidak salah baru bisa makan dengan normal, itupun harus dalam jumlah yang sedikit.

      Betul, saya juga diberi obat anti rasa nyeri dari dubur dan juga mengalami penurunan berat badan…

      Semoga ibunda lekas pulih kembali.
      Salam sehat.

      Reply
  5. Pingback: K90-K93 “Other diseases of the digestive system” | Rekam Medis

  6. adytya martha

    Dear Pak anto, sebulan lalu 28 april 2018 mama saya harus diangkat lambungnya. dan setelah satu bulan mama dinyatakan bisa pulang namun tidak dilakukan operasi penyambungan dari esofagus dgn usus halusnya. sehingga konsumsi makanan mama saya hanya dari selang yang disambungkan langsung ke usus halusnya. kalo boleh tau, berapa takaran peptamen yg dulu dikonsumsi pak anto dalam sehari? krn mama saya sampai skr masih blm bisa duduk (hanya terbaring) dan luka di perutnya jg masih blm kering (luka basah dan terbuka) apa pak anto dulu jg mengalami hal yg sama?

    Reply
    1. antopurwanto Post author

      Mungkin maksudnya operasi tgl.28 Maret?

      Anyway, saya masih agak belum paham maksudnya dari Esofagus langsung buntu, dan selang langsung masuk ke usus halus dari luar perut? Saya pernah bertemu dengan pasien yang dioperasi juga lambungnya dan dari Esofagus disambung agar makanan bisa lewat…

      Untuk Peptamen saya hanya sebagai pendukung jadi waktu itu saya tetap makan nasi, bubur atau makanan lembut/cair namun karena jumlah dan karena pencernaan tidak bisa memberi gizi yang baik/tidak mencukupi maka dilengkapi dengan Peptamen. Secara dosisi saya terus terang sudah lupa, tetapi dalam sehari seingat saya bisa 2-3 gelas ya…

      Paska operasi luka saya sudah kering baru boleh beraktivitas. Seingat saya dalam sebulan sudah kering ya…

      Semoga mama tercinta dapat lekas pulih kembali…

      Salam sehat dan tetap semangat.

      Reply

Leave a comment